Kabar mengenai kolaps / bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB), mendadak ramai menjadi topik perbincangan hangat di Indonesia. Meski berita kebangkrutan tersebut sudah berlangsung lama, tetap saja masih menyimpan teka-teki besar.
Terlebih lagi, kebangkrutan bank tersebut juga merupakan gejolak industri perbankan terbesar. Oleh karena itu, berikut akan kami jelaskan mengenai sejumlah fakta tersembunyi mengenai kebangkrutan perusahaan tersebut.
Fakta Tersembunyi yang Menyebabkan Silicon Valley Bank Mengalami Kolaps
Bank Silicon Valley, merupakan lembaga perbankan terbesar di urutan ke-16 yang berada di Amerika Serikat (AS). Kabar resmi kebangkrutan perusahaan tersebut, diketahui terjadi hanya dalam waktu 48 jam.
Tepatnya, yaitu ketika SVB tengah berencana mengumpulkan dana untuk menambah modal usaha. Adapun mengenai fakta tersembunyi SVB mengalami kolaps, bisa Anda lihat pada penjelasan di bawah ini.
1. Merupakan Bank Terbesar Amerika Serikat untuk Pembiayaan Startup
Salah satu fakta tersembunyi mengenai Silicon Valley Bank, yaitu dikenal sebagai lembaga keuangan terbesar di Amerika Serikat. Dalam kegiatan usahanya, SVB memberikan pembiayaan khusus bagi perusahaan startup (rintisan) dan teknologi.
Diketahui, perusahaan ini memberikan pembiayaan secara besar-besaran kepada sejumlah perusahaan startup. Padahal kondisinya pada waktu itu, suku bunga di dalamnya sedang mengalami penurunan signifikan.
Di samping itu, saham teknologi kinerjanya juga dikatakan kurang membaik sejak tahun lalu. Hal inilah yang menyebabkan adanya kekhawatiran sejumlah pihak, yang mana perusahaan tersebut tidak mampu membayar.
2. Mengalami Krisis Modal Selama 48 Jam
Runtuhnya perusahaan pemberi modal perusahaan startup dan teknologi ini, juga diketahui terjadi dalam kurun waktu selama 48 jam. Adapun proses penutupan perusahaan ini, dilakukan oleh pihak regulator resmi terkait.
Dalam proses tersebut, pihak regulator tidak hanya menutup SVB saja. Akan tetapi, juga menempatkan perusahaan tersebut di bawah kendali pihak Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).
Sehingga, hal ini yang menjadikan pihak FDIC turut melikuidasi sejumlah aset milik perusahaan SVB untuk membayar dana nasabah. Terhitung pada akhir tahun 2022, aset SVB memiliki sekitar US$209 miliar.
3. Terjadi Kenaikan Suku Bunga Amerika Serikat yang Agresif
Banyak masyarakat Indonesia yang turut mempertanyakan mengenai runtuhnya Silicon Valley Bank ini. Tersebar fakta, bahwa penyebab utama kebangkrutan SVB yakni karena kenaikan suku bunga AS yang agresif.
Di mana, suku bunga tersebut dikatakan sebagai acuan The Federal Reserve sejak beberapa tahun tahun. Ketika suku bunga mendekati angka nol, dipastikan lembaga finansial tersebut akan memborong obligasi dengan tenor panjang.
Dan hal itu juga yang diketahui, turut dilakukan oleh pihak perusahaan SVB. Namun ketika The Federal Reserve menaikkan suku bunga demi melawan inflasi, justru nilai aset SVB jatuh.
4. Bank yang Menganut Pengelolaan Dana Old-fashioned
Sebagai informasi, bahwa Silicon Valley Bank umumnya menganut sistem pengelolaan dana kuno atau dikenal dengan istilah old-fashioned. Ini mengartikan, bahwa perusahaan tersebut menyimpan deposit dari klien dan menginvestasikannya pada aset yang aman.
Seperti misalnya, yaitu pada aset obligasi yang memang cenderung aman. Namun karena Bank Sentral AS Federal Reserve terus menaikkan suku bunga sejak 2022, menjadikan hasil obligasi mengalami penurunan.
Umumnya, hal tersebut bukan masalah lantaran SVB hanya perlu menunggu portofolio obligasinya jatuh tempo. Tetapi karena terjadi efisiensi besar-besaran dari perusahaan startup, menjadikan aliran deposito ke dompet SVB berjalan lambat.
5. Pengelolaan Asuransi Dilakukan FDIC
Diketahui, pemerintah AS mendirikan Federal Deposit Insurance Corporation setelah periode Great Depression. Tepatnya, yaitu ketika banyak bank mengalami kebangkrutan dan pelanggan kehilangan dana di dalamnya.
Pendirian FDIC, bertujuan untuk melindungi konsumen yang menggunakan bank AS dan memberikan stabilitas pada sistem perbankan di dalamnya. Apabila bank anggota mengalami kegagalan, maka deposito bisa tetap diasuransikan.
Terkait mengenai fakta Silicon Valley Bank, FDIC turut mengelola asuransi dari perusahaan tersebut. Ketika nasabah memiliki uang di dalamnya, maka nasabah akan memperoleh uang kembali.
6. Terjadi Rush Money Besar-besaran
SVB yang kolaps, juga terjadi karena masalah rush money / penarikan dana secara besar-besaran. Bahkan, angka penarikan yang dilakukan oleh sejumlah nasabah maupun investor bisa mencapai angka US$42 miliar.
Terjadinya rush money besar-besar tersebut, disebabkan karena adanya kekhawatiran dari pihak nasabah dan investor. Bahkan karena meningkatnya kekhawatiran tersebut, menjadikan kerja sama Deal dengan General Atlantic tumbang.
Terlebih upaya pengumpulan dana yang awalnya dapat menyelamatkan SVB, berakhir mengalami kegagalan. Justru yang terjadi, saham perusahaan mengalami penurunan drastis hingga 60% pada pasar perdagangan.
7. Sempat Membagikan Bonus dalam Jumlah Besar
Adapun fakta tersembunyi lainnya mengenai runtuhnya Silicon Valley Bank, yaitu karena perusahaan tersebut sempat membagikan bonus dalam jumlah besar. Pemberian bonus ini, dilakukan kepada para karyawan bank tersebut.
Bahkan, pembayaran tersebut sudah diproses beberapa hari sebelum bank mengalami kebangkrutan. Meski demikian, belum ada data terkait kisaran besaran bonus yang diterima oleh karyawan tersebut.
Namun ada yang menyebutkan, bahwa bonus yang diberikan SVB kepada karyawan berbeda-beda. Seperti misalnya untuk rekanan biasanya sebesar US$12.000, sementara direktur pelaksana sebesar 140 ribu dolar AS.
Terkait kebangkrutan SVB, tentunya menimbulkan sejumlah rasa penasaran bagi banyak pihak. Namun setelah tahu mengenai sejumlah fakta tersembunyi, tentunya Anda sudah paham alasan kenapa Silicon Valley Bank bisa kolaps.