Anggapan main game bikin pintar bukan semata-mata pembelaan kaum gamer belaka. Itu memang benar demikian adanya dan bukan sekadar bualan saja. Bahkan telah banyak riset yang membuktikan keabsahan ungkapan tersebut.
Ungkapan tersebut sebenarnya makin populer hari ini lantaran perkembangan pesat industri game secara global. Generasi sebelum Anda mungkin tidak akan menyangka bahwa bermain game bahkan bisa menjadi profesi di era kini.
Kebanyakan Main Game Bikin Otak Tumpul?
Ketika psikolog Brandon Ashinoff berusia tujuh tahun, orang tuanya memberinya Nintendo Entertainment System. NES, sebutan konsol yang dengan cepat dikenal setelah rilis tahun 1983, membawa video game ke level berikutnya dengan desain intuitif dan perangkat keras yang mengesankan.
Hal itu juga membuat para orang tua kesal, yang khawatir hobi yang semakin populer ini akan merusak perkembangan psikologis anak-anak mereka. Orang tua Ashinoff menyebut SEN sebagai “Kotak Idiot”.
Bahkan di usia muda, Ashinoff memahami makna yang mendasari komentar sinis namun tampaknya tidak berbahaya ini. “Ada asumsi implisit,” kenangnya dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh jurnal Frontiers dalam psikologi, “bahwa video game hanyalah mainan dan tidak ada substansi nyata yang dapat diperoleh darinya.”
Video game telah dituduh banyak hal negatif selama bertahun-tahun. Untuk waktu yang lama, orang tua takut bahwa game akan membuat anak malas, antisosial, depresi, dan bahkan melakukan kekerasan. Padahal, main game bikin pintar bukanlah isapan jempol belaka.
Sementara kecurigaan ini telah dihilangkan oleh penelitian terbaru terkait game, anggapan bahwa game mengurangi kemampuan kognitif terus hidup. Terutama pada anak kecil, stereotipe buruk itu tetap melekat pada masyarakat umum hingga hari ini.
Ada banyak alasan untuk ini, salah satunya karena hubungan antara video game dan kecerdasan. Ini variabel yang sangat rumit. Sulit dipelajari, apalagi digambarkan secara meyakinkan.
Namun, Ashinoff, yang sekarang bekerja sebagai peneliti pascadoktoral di Departemen Psikiatri Universitas Columbia, dapat menyebutkan beberapa bukti. Bagaimana beberapa penelitian telah menunjukkan bagaimana main games bikin pintar itu nyata.
Bukti Main Game Bikin Pintar
Kaitan antara video game dan kecerdasan kembali menjadi berita berkat sebuah penelitian yang dipublikasikan baru-baru ini di Scientific Reports. Studi ini, ditulis bersama oleh para peneliti dari Jerman, Swedia, dan Belanda.
Riset tersebut menyoroti bagaimana berbagai bentuk waktu layar, dari menonton televisi hingga bermain game, memengaruhi kognisi manusia. Terlebih pada anak-anak berusia antara sembilan dan sepuluh tahun selama dua tahun. Di sinilah hipotesis main game bikin pintar diuji.
Para peneliti juga mengontrol variabel lain yang mungkin memengaruhi kecerdasan. Ini termasuk efek genetik serta pendapatan rumah tangga, pendidikan orang tua, dan kualitas lingkungan.
Pada awal periode dua tahun, menonton video dan bersosialisasi secara online tampaknya “terkait dengan kecerdasan di bawah rata-rata”. Sedangkan, aktivitas main game dinilai tidak bersinggungan sama sekali dengan unsur kecerdasan otak pemainnya.
Namun, ketika para peneliti memeriksa kembali subjek mereka dua tahun kemudian, mereka menemukan bahwa game “memiliki efek positif dan bermakna pada kecerdasan”. Membuat asumsi main game bikin pintar jadi semakin rasional.
Menariknya, bermain video game adalah satu-satunya bentuk screen time yang berdampak positif pada kecerdasan. Menghabiskan waktu di media sosial ternyata tidak berpengaruh pada IQ. Artinya, game menjadi opsi paling baik daripada aktivitas virtual sejenisnya.
Menonton TV atau video online awalnya menunjukkan efek positif. Namun, efek ini menghilang ketika para peneliti mempertimbangkan pendidikan orang tua, menunjukkan bahwa kegiatan ini tidak memperkaya diri mereka sendiri.
Dampak Game terhadap Otak Manusia
Studi dari Scientific Reports memang menarik, tetapi mungkin Anda masih butuh peyakinan lebih tentang main game bikin pintar. Pertama dan terpenting, para peneliti hanya melihat game secara umum dan tidak membedakan antara jenis game individu.
Terlebih lagi, penelitian tersebut hanya menyelidiki apakah bermain video game berdampak pada kecerdasan, bukan bagaimana. Jika permainan diakui memiliki substansi dalam bentuk nilai pendidikan, peneliti harus dapat dengan mudah menunjukkan berbagai cara di mana mereka mempengaruhi otak dan meningkatkan keterampilan kognitif.
Orang tua yang tidak percaya dan aktivis politik yang menentang video game cenderung lupa bahwa, pada intinya, game adalah teka-teki. Itu menstimulus daya pikir pemainnya dan pastinya membutuhkan keterampilan kognitif untuk memecahkan misi. Anggapan main game bikin pintar adalah benar adanya, tentunya asal proporsional.
Video game juga membantu menghafal. Ini telah diamati secara anekdot oleh guru sekolah menengah ketika mereka melihat siswa dengan kesulitan belajar melafalkan lebih dari seratus nama Pokémon. Para murid kemudian mulai sadar bahwa mereka sebenarnya tidak sekadar bermain, tapi sekaligus belajar menghafal.
Permainan hari ini menuntut kapasitas analitik, visuospasial, dan pemecahan masalah tingkat lanjut. Itu memanfaatkan beberapa aspek lain dari sumber daya kognitif. Singkatnya, adalah benar bahwa main game bikin pintar itu fakta adanya.