Jika berbicara tentang fenomena alam, tentu ada banyak sekali ya jumlahnya, mulai dari yang paling familiar seperti hujan, pelangi, dan petir hingga yang lebih asing seperti La Nina. Mengetahui proses terjadinya La Nina akan menjadi salah satu wawasan baru yang bermanfaat nih untuk kamu.
La Nina ini punya kembaran lho, yang bernama El Nino. Meski sekilas tampak mirip dan seolah kembar, tapi ternyata keduanya sangat berbeda. Yuk, pahami lebih lanjut mengenai keduanya dengan membaca artikel ini sampai akhir.
Tentang El Nino dan La Nina
Nama La Nina berasal dari bahasa Spanyol yang dalam bahasa Indonesia berarti “anak perempuan” atau “gadis kecil”. Belum ada penjelasan secara pasti nih mengapa nama ini diberikan, padahal seolah tidak ada hubungannya ya dengan fenomena alam.
Tapi yang jelas, La Nina adalah kondisi saat udara di suatu negara terasa lebih dingin dari biasanya, atau bisa juga saat curah hujan sedang tinggi-tingginya. Penyebab paling umum dari musim hujan di Indonesia adalah angin muson, dan penyebab lainnya adalah La Nina.
Sementara El Nino merupakan kebalikan dari La Nina, yaitu kondisi saat curah hujan di Indonesia berkurang drastis atau bisa dikenal dengan musim kemarau. Terkadang, El Nino juga bisa menyebabkan kekeringan di sejumlah daerah.
Penyebab Terjadinya La Nina
Jika di Indonesia, fenomena La Nina bisa terjadi jika suhu permukaan laut di kawasan Samudra Pasifik Timur dan Tengah sedang turun di bawah rata-rata. Sejumlah tanda dari adanya La Nina adalah:
- Sejumlah wilayah di Indonesia tetap dilanda hujan deras padahal seharusnya curah hujan sudah mulai berkurang atau bahkan berhenti karena mulai masuk musim kemarau.
- Suhu permukaan laut menurun sampai lebih dari -0,5 derajat Celcius.
- Tanda kedua di atas setidaknya berlangsung 5 kali berturut-turut dalam 3 bulan terakhir.
Lantas, kenapa suhu Samudra Pasifik tadi bisa berpengaruh terhadap curah hujan? Jawabannya adalah karena Sirkulasi Walker, yang punya arah putaran sejajar dengan garis imajiner Bumi alias khatulistiwa yang melintasi Indonesia.
Sirkulasi Walker sendiri bisa terjadi karena perpaduan dari dua gaya gradien tekanan, yaitu dari kawasan timur Pasifik dan satu lagi dari wilayah archipelago Indonesia. Singkatnya, kondisi ii membuat potensi pertumbuhan awan konvektif yang ada di Indonesia menjadi meningkat sehingga hujan menjadi lebih lebat.
Proses Terjadinya La Nina
Fenomena El Nino dan La Nina ini tidak terjadi setiap tahun ya. Menurut catatan pada ilmuwan, El Nino pernah terjadi sekitar 23x, dan biasanya pada bulan Desember, yaitu saat suhu di permukaan laut Pasifik Timur dan Tengah sedang naik.
Sementara El Nina, biasanya akan datang per 6-7 tahun sekali dan sampai saat ini sudah terjadi 15x. La Nina dikenal juga dengan istilah El-Viejo, yang berarti “peristiwa dingin”. Adapun proses terjadinya La Nina adalah:
1. Naiknya Suhu Air
Proses dari La Nina akan dimulai saat El Nino mereda, yaitu ketika perairan Samudera Pasifik bagian timur memiliki suhu dingin. Awalnya, suhu air di kawasan ini cenderung hangat atau normal, tapi ada suatu peristiwa yang disebut dengan up-welling, yaitu saat suhu air laut menjadi dingin dan massa jenisnya lebih besar.
Bersamaan dengan ini, air yang ada di dasar laut akan bergerak ke atas karena adanya angin pasat timur yang menguat di bagian Pasifik Timur. Inilah mengapa suhu air di permukaan laut menjadi lebih dingin dari biasanya.
2. Air Bergerak
Angin kencang yang ada di kawasan Samudera Pasifik tadi menyebabkan massa dari air hangat ikut terbawa ke arah barat dengan jumlah yang signifikan hingga akhirnya sampai ke perairan Indonesia.
3. Pembentukan Awan
Akibat dari poin kedua tadi adalah udara di kawasan Indonesia menjadi dingin, serta ditambah seluruh angin yang berada di kawasan Samudera Hindia dan Pasifik Selatan akan terus bergerak ke Indonesia.
Angin-angin turut membawa uap air, sehingga terjadi pembentukan awan dan pada akhirnya menghasilkan hujan lebat.
Dampak La Nina di Indonesia
Sekilas kamu mungkin membayangkan bahwa La Nina akan menimbulkan dampak negatif. Tapi sebenarnya, ada dampak positif juga lho. Menurut sebuah buku dengan judul Metode Klasifikasi Iklim di Indonesia karya Ariffin, ini dia sederet daftar dampak dari peristiwa La Nina di Indonesia:
1. Dampak Negatif
- Cuaca ekstrim dan badai laut membuat transportasi laut terhenti.
- Banyak nelayan harus berlibur.
- Produksi garam laut menurun.
- Terjadi hujan deras yang menyebabkan banjir dan bahkan longsor di sejumlah daerah.
- Sektor perkebunan dan pertanian bisa mengalami gagal panen.
2. Dampak Positif
- Irigasi sawah melimpah.
- Kebutuhan air tercukupi.
- Bencana kebakaran hutan berkurang.
- Emisi gas karbon menurun.
- Tingkat polusi ikut berkurang.
- Usaha tambak dan budidaya perikanan akan lancar karena curah hujan yang tinggi membuat air laut menjadi lebih tawar.
- Pasokan air di bawah tanah akan melimpah.
Jika dirangkum, maka proses terjadinya La Nina diawali dari meningkatkan suhu dingin di perairan Samudera Pasifik. Kemudian angin membawa air mengalir hingga kawasan Indonesia dan menyebabkan kelembaban serta awan tebal yang berpotensi menurunkan hujan lebat.