Pernahkah Anda mendengar istilah eksil? Pada dasarnya, istilah ini mengacu pada kondisi seseorang yang terpaksa meninggalkan tanah airnya. Dalam sejarah Indonesia, terdapat pula sekelompok eksil yang dulu terpaksa meninggalkan Indonesia.
Bahkan, sangat banyak di antara mereka yang hingga sekarang masih belum bisa kembali ke tanah air dan terpaksa mencari kewarganegaraan baru di negara lain. Oleh karena itu, mari menelusuri lebih lanjut terkait latar belakang dan nasib mereka melalui ulasan berikut.
Sekilas tentang Apa Itu Eksil 1965
Dalam bahasa Inggris, exile berarti kondisi saat seseorang dipaksa atau memilih meninggalkan tempat asal atau rumahnya. Bukan hanya pemisahan secara fisik saja, tapi juga pemisahan dari identitas, kehilangan akar identitas, dan tempat untuk kembali.
Adapun eksil 1965 mengacu pada ribuan orang Indonesia yang terasing dan dipaksa meninggalkan tanah air pada tahun 1965 akibat peristiwa Gerakan 30 September dari Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI.
Sejarah Indonesia tentang Para Eksil 1965 dalam Sejarah Indonesia
Lalu, seperti apa sejarah lengkap dari kisah terusirnya warga negara Indonesia yang menjadi eksil 1965? Berikut ini ulasannya:
Latar Belakang
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) merupakan salah satu momen paling kelam dalam sejarah Indonesia.
Pada tahun tersebut, terjadi upaya kudeta yang dilakukan sekelompok perwira militer yang diduga terafiliasi dengan PKI. Upaya ini menyebabkan terbunuhnya enam jenderal serta satu perwira tinggi dari Angkatan Darat.
Keadaan ini lalu dimanfaatkan oleh Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat) untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno, sebab ia dianggap dekat dengan PKI.
Melalui pengambilalihan kekuasaan ini, terbentuklah rezim Orde Baru yang berkuasa selama bertahun-tahun lamanya hingga 1998.
Dampak G30S/PKI bagi Indonesia
Dampak dari G30S/PKI sangatlah besar bagi sejarah Indonesia. Salah satunya adalah pembantaian massal pada anggota, simpatisan, maupun terduga simpatisan PKI yang diprediksi menewaskan sekitar setengah juta orang.
Selain itu, terjadi pula penangkapan massal, penahanan tanpa proses hukum, penyiksaan, kekerasan seksual, hingga penculikan. Peristiwa ini terjadi di berbagai daerah, terutama di area Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.
Pembantaian tersebut dilakukan oleh kelompok militer, kelompok sipil, dan kelompok organisasi anti-komunis dengan adanya dukungan dari pemerintah Amerika Serikat serta beberapa negara Barat lainnya.
Nasib Para Eksil Setelah G30S/PKI
Selain pembantaian besar-besaran, salah satu dampak yang terjadi pasca G30S/PKI adalah nasib para eksil, yakni warga Indonesia yang terpaksa meninggalkan tanah air akibat alasan politik.
Banyak di antara mereka merupakan penerima beasiswa untuk belajar di luar negeri, termasuk di negara komunis. Awalnya, mereka didorong oleh Presiden Soekarno untuk membangun Indonesia setelah selesai belajar dari luar negeri.
Namun, akibat G30S/PKI, mereka tidak bisa kembali karena dianggap bagian dari pengkhianat serta komunis oleh rezim Orba. Mereka juga kehilangan status kewarganegaraannya, sehingga menjadi orang-orang tanpa negara.
Kisah Para Eksil 1965
Para eksil saat itu tersebar di berbagai negara, seperti Uni Soviet, Cekoslovakia, China, Polandia Vietnam, Kuba, Belanda, bahkan Korea Utara. Mereka menghadapi banyak tantangan, seperti kesulitan ekonomi, sosial, bahasa, dan budaya.
Beberapa dari mereka ada yang berhasil menetap lalu membentuk keluarga di tempat baru, sementara lainnya terus berjuang agar bisa kembali ke Indonesia ataupun mencari tempat perlindungan baru di negara-negara lain.
Banyak di antara para eksil ini yang tetap menjaga identitas dan semangat nasionalismenya melalui berbagai cara, seperti mengajar, menulis, berorganisasi, serta berkomunikasi dengan sesama kelompok eksil.
Harapan Para Eksil Kini
Meskipun telah lama hidup di luar negeri, para eksil maupun keturunannya masih memiliki harapan agar bisa kembali ke Indonesia. Atau setidaknya, mereka berharap memperoleh pengakuan serta penghormatan dari negara maupun rakyat Indonesia.
Selain itu, mereka berharap agar sejarah Indonesia tentang peristiwa G30S/PKI dan dampaknya bagi para eksil bisa dipelajari oleh generasi muda Indonesia agar kesalahan dan ketidakadilan yang terjadi di masa lalu tidak terulang kembali.